Ago, Now, and Tomorrow...

Waktu emang segalanya buat kehidupan manusia. Aku fikir nggak akan pernah ada manusia yang bisa ngeberhentiin waktu. Manusia cuma bisa nejalanin hidupnya dengan sebaik baiknya biar hidupnya lebih bermakna.
 Waktu emang cepet banget. Cepet berlalu, cepet pula datang yang baru. Saat kita bahagia pengennya kita ada terus dalam waktu itu. Tapi, saat kita terpuruk, seakan akan kita berharap jangan pernah kita berada diwaktu itu. 
 Dulu aku berharap banget masuk sekolah yang jauh dari rumah. Yang ada di kota. Pokoknya lebih kota dari kota yang aku tinggali sekarang. Semua itu cuma karena nggak betah tiap harinya cekcok sama kakak. 
 Tapi kini aku udah di Jogja. Jauh dari rumah, jauh dari kakak. Tapi nyatanya, aku malah kangen sama kakak. Pingin pulang. Selalu kangen rumah.
 Itu sisi negative dari masa lalu dan kehidupan sekarang yang aku jalani. Tapi taukah kalian? Ternyata aku punya banyak teman disini. Jauh dari kondisi saat aku duduk di bangku sekolah dasar. Teman yang selalu memotivasi aku saat aku jatuh, terpuruk. Teman yang bisa selalu menyemangati aku. Teman yang selalu mendampingi aku, dan selalu ada dalam suka maupun duka. Dan tentunya Teman yang bisa percaya dan menjadikan aku sebagai pemimpinnya. 
 Langka bukan teman-teman seperti itu? Mungkin banyak teman yang menganggapku batu jika aku bersekolah di Negeri, di dekat rumah, dan tidak merantau. Aku bersyukur. Saat aku jauh dari rumah, Sekiranya banyak orang yang menganggapku ada. 
 Kini aku kelas tiga. Masa-masa indah terakhir yang mungkin tak terasa cepat berlalunya. Aku selalu berharap, aku tetap dalam waktu ini. Tapi, aku harus memandang waktu yang akan datang. Kenyataan waktu yang akan mengganti teman temanku disini. Mengganti teman teman hebatku kini dengan orang orang baru yang, Ah entah aku tak bisa membayangkannya. Akankah mereka lebih baik dan tetap menganggapku, ataukah mereka yang lainnya?
 Pasti akan ada orang kedua yang akan menggantikan orang pertama. Orang yang mirip dengan temanku sekarang. Walau tak serupa dari fisik maupun sifatnya, tapi Allah akan mengganti temanku sekarang dengan orang baru yang pasti tetap menganggapku ada. 
Bukankah Allah tidak mempertemukan kita dengan orang lain melainkan dengan suatu alasan? Alasan hebat, yang kita baru akan menyadari disaat mereka akan pergi.

Don't walk in front of me, I may not follow
Don't walk behind me, I may not lead
Walk beside me, And be my friend

 


Komentar