Talijiwo
Diksi sinopsis yang saat kubaca terasa nyelekit nan mbaperi, berhasil membuat buku “Tembang Talijiwo” karya Sujiwo Tejo menggerakkan tanganku untuk meraihnya dari rak di toko buku. Di sana ada senja yang ku bingkiskan padamu, ku bingkis tanpa bungkus, karena langit lebih tulus dari kertas kado manapun. Entah apa yang kurasa akhir Maret lalu. Semacam khawatir, rindu, sepi, gagal, sabar dan tulus yang hampir aus, diujung penantian serta kehilangan sesuatu. Dirimu.
Sudah kita terawang bersama, bahwa esok lusa dirimu akan lebih sering berkelana, menyelesaikan banyak urusan, bertemu banyak orang, juga menjumpai banyak kerumitan. Dan tentunya sudah kamu tekankan, bahwa ada ruang-ruang obrolan yang tidak bisa sembarang dibicarakan. Kamu akan bungkam pada beberapa urusan publik yang aku tak tahu menahu banyak di dalamnya.
Menajubkan. Sudah kita (atau lebih tepatnya kamu) prediksikan. Tentunya untuk antisipasi kedepan. Namun, dalam perjalanan, ternyata susah-susah gampang. Ya, jalanan di kota tak selamanya teraspal mulus. Sesekali kita akan menemui bagian yang berlubang, menyandung, dan membuat jatuh.
Mengerem untuk tidak membicarakan beberapa hal publik yang penting, agaknya membuatmu kebablasan. Kamu jadi jarang bercerita kepadaku, jarang memulai obrolan hangat, jarang mengeluhkan beberapa hal, juga jarang membagikan berita dan trend yang kamu ikuti. Seperti yang sudah ku utarakan padamu, it’s like I’m losing part of you. Bukan maksud membandingkan, tapi diawal perjalanan kita, aku mengenalmu sebagai sosok pencerita yang tiada habisnya punya topik obrolan.
Aku paham, dalam perbincangan sebelum semua keganjilan ini melanda, ada penekanan bahwa saatnya aku yang memulai. Memulai bercerita, menambah ruang bagiku untuk berbagi (yang sebelumnya aku dominan mendengar), juga membuatku lebih mengambil inisatif dalam berbagai hal.
Aku paham, perubahan adalah hal yang pasti. Mungkin saja kamu sekarang berbeda dengan kamu diawal yang ku kenal. Pun demikian denganku. Namun bolehkah diriku sedikit mengeluh, bahwa aku merindukan dirimu yang sehangat dan bersahabat seperti dulu? Tidak, bukan berarti aku tidak terima dengan dirimu yang sekarang. Aku percaya dan terus berusaha memahami bahwa manusia itu dinamis. Hanya karena rindu, aku ingin sedikit melihat sifat lamamu. Dengan dirimu yang sekarang pun, tetap membuatku bersyukur dan bahagia membersamaimu.
Agaknya, perubahan ini memang pengaruh dari kesibukan. Kamu yang semakin sibuk. Aku yang semakin tidak sibuk. Perbedaan kesibukan menimbulkan rentang waktu yang menjadikan sesesak itu rinduku padamu.
Petir dengan kilatnya, berlian dengan kilaunya, dua-duanya ada pada matamu saat kau cemburu buta pada mainan baruku, Kekasih: waktu!
Adalah kalimat itu, bagian lain dalam buku Tembang Talijiwo yang seolah mencerminkan kecemburuanku terhadap waktu yang kamu gunakan tanpa diriku. Lebay. Tapi memang begini adanya.
Tak mengapa ya, karena lagi-lagi dalam buku Tembang Talijiwo, Kekasih, cinta yang tak dilindungi rindu, akan punah oleh ulah para pemburu. Aku percaya, rindu akan menguatkan kita. Dan permohonanku sekarang tidak jauh beda seperti kode-kodeanmu dulu, Rindukan aku sesempatmu saja.
--
Mengakhiri tulisan ini, aku cukup lega karena sudah mengutarakan kepadamu sebelumnya. Bahwa memang selalu ada hal yang menuntut kita untuk berubah dan terus adaptif. Kedepan, akan semakin banyak tantangan yang nggak sederhana. Entah makin rumit urusannya, atau kita sendiri yang membuat rumit. Juga, Makin lama dan dalam kita bersama, makin tau resiko bersama yang kita hadapi. Kalau kata Chirstian Simamora,
Cinta akan selalu menyakitkan. Entah karena kau mencintai terlalu banyak, terlalu lama, atau karena tak bisa mencintai sebanyak dan selama yang kau inginkan
Dan tentunya, kekuatan personal kita juga dibutuhkan di sini. Sesuai hal yang kita pahami bersama, masing-masing dari kita harus punya backingan entah pikiran solutif, kesabaran, alteratif-alternatif,
juga pastinya komitmen, biar nggak remuk dalam mengarungi perjalanan bersama.
Terimakasih banyak untukmu yang selalu berusaha mengutamakan keterbukaan dalam misi punya pola komunikasi yang baik.
Komentar