Tempayan Retak

Seorang tukang air memiliki dua tempayan besar. Masing masing bergantung pada sebuah pikulan yang dibawanya menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sehingga diberi nama tempayan retak. Sedangkan tempayan yang satunya tidak, yang diberi nama tempayan utuh. Jika tempayan yang tidak retak itu selau membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya, tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah.

Selama dua tahun, hal ini terjadi setiap hari. Si Tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja, si tempayan utuh merasa sombong akan prestasinya. Ia merasa dapat menyelesikan tugasnya dengan sempurna. Sebaliknya, si Tempayan Retak merasa malu sekali akan ketidak sempurnaannya. Ia merasa sedih serta mulai tidak percayadiri karena ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.

Maka si Tempayan Retak mulai bermalas malasandan selalu mengeluh jika Si Tukang Air hendak membawanya ke mata air. Sementara itu, si Tempayan Utuh semakin angkuh  dan membuat tempayan tempayan lain enggan berdekatan dengan tempayan tersebut.

Setelah dua tahu tertekan oleh kegagalan pahit karena kecacatan dan ketidak percaya diriannya, Tempayan Retak itu berkata kepada Si Tukang Air, "Saya sungguh malu pada diri sendiri, dan saya ingin minta maaf kepadamu".

"Kenapa ?", Tanya Si Tukang Air, "Kenapa kamu harus merasa malu?". "Karena aku cacat. Kecacatanku telah membuatmu rugi. Aku hanya bisa memberikamu setengah tempayan air. Aku jadi tidak percaya diri. Aku tidak lagi memiliki semangat hidup. Rasanya aku ingin mati saja." kata si Tempayan Retak.

Si Tukang Air merasa kasihan pada si Tempayan Retak. Dalam belas kasihannya, ia berkata, "Jika kita kembalike rumah majikan besok, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bungaindah di samping jalan!"

Benar! Ketika mereka naik ke atas bukit, si Tempayan Retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga bunga indah di sepanjang sisi jalan. Walaupun tidak terlalu banyak, hal itu membuatnya sedikit terhibur.

Namun, pada akhir perjalanan, ia kembali bersedih. Karena separuh air yang dibawanya telah bocor. Lalu, Tempayan retak itu meminta maaf atas kegagalannya kepada Si Tukang Air.

Si Tukang Air berkata kepada si Tempayan Retak, "Apakah kamu memperhatikan adanya bunga bunga di sepanjang jalan yang kamu lalui walau tidak terlalu banyak?? Tidak ada bunga sama sekali di sepanjang sisi yang dilewati Tempayan Utuh. Bunga bunga itu tumbuh karena aku menyadari akan cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku pulang dari mata air, kamu mengairi benih benih itu. Seharusnya, jumlah bunga disini banyak, tetapi karena kemalasanmu, banyak benih benih bunga yang mati".

Mendengar perkataan Si Tukang Air, menyesallah si Tempayan Retak. Ia pun mulai menyadari dirinya yang cacat ini tetap akan berguna jika ia memiliki semangat hidup dan percaya diri.

Mulailah ia bersemangat jika dibawa oleh Si Tukang Air ke mata air. Semangatnya itu membuat benih benih bunga memperoleh cukup air sehingga disepanjang jalan yang dilaluinya semakin banyak bunga bunga yang tumbuh dengan indah, dan harum.

Maka, kata Si Tukang Air kepada si Tempayan Retak, "Sekarang, aku dapat memetik bunga bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu, majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.

Nah sobat, dari cerita fiksi diatas, kita dapat Nyimpulin-kan,, bahwa sebenarnya kita nggak boleh minder sama kekurangan yang kira miliki. Sebenarnya kekurangan yang kita miliki itu dapat bermanfaat bagi orang lain apabila kita meng-optimalkan-nya. And... Ingat ya Temen temen, jangan pernah kalian sombong atas apa yang kalian miliki!

Semoga Bermanfaat...


Komentar