Rainbow


“Tapi Tante, Cyla ingin ke makam mama papa”
     “Enggak! Pokoknya sampai kapanpun tante nggak akan ngantar kamu ke makam mama papa!”
      “Plis tante! Hanya waktu Cyla ulang tahun saja! Satu minggu lagi.”
      “Oke. Tapi kamu janji nggak bakalan kabur dari tante lagi!”
      “Baik tante. Cyla janji.”
Cyla kembali menuju kamarnya. Begitulah hari harinya jika dia meminta pada tantenya untuk mengantarnya ke pemakaman mama papanya. Haya memaksa tantenya mengantar dan kembali ke kamar. Mama dan Papa Cyla meninggal saat Cyla masih kecil. Saat keduanya akan kembali ke rumah setelah mamanya sehat dari melahirkan Cyla di rumah sakit.
Setiap harinya Cyla selalu dirumah. Tak pernah mencoba mengangkat kaki selangkahpun dari gerbang besar putih diluar sana. Dia takut dimarahi oleh tantenya. Rumah yang ditinggali Cyla


sekarang, masih rumah almarhum papanya. Tantenya diminta menggantikan posisi mama papa Cyla oleh seorang notaris.
Cyla tidak suka tinggal dengan tantenya. Dia merasa tidak memiliki kehidupan yang bebas seperti teman temannya yang lain. Makannya dia sering melepas diri dari genggaman tangan tantenya saat berada di luar rumah. Bahkan di Mall sekalipun. Cyla tidak takut dia akan diculik. Karena dia tahu, anak-anak yang mengamen disekitar Mall adalah anak panti asuhan. Bukan anak-anak suruhan preman yang menjadi fenomena di Jakarta ini. Dia lebih menginginkan tinggal di panti daripada dengan tantenya. Di panti, dia bisa bebas bermain dengan teman-temannya, makan bersama, tidur bersama, dan tentunya menyanyi mengamen bersama. Cyla tidak menyukai kehidupannya yang serba mewah dan terjaga. Cyla menginginkan kesederhanaan dan kebebasan.
***
Hari ini Tante Mira mengajaknya pergi ke Mall. Bukan untuk menemaninya ke Spa, melainkan untuk memesan kue ulang tahun Cyla yang akan dirayakan enam hari
lagi. Cyla memilih “Rainbow cake” dengan cream strawberry dan vanilla. Serta toping Apollo dan kokocrunch yang menjadi favoritnya.  Tak lupa dia membeli beberapa roti dan chiki untuk cemilannya di rumah.
Setelah memesan kue, Tante Mira mengajak Cyla bermain di Timezone. Dia berfikir panjang untuk hal ini. Akhirnya dia mengiyakan ajakan tantenya pergi ke Timezone. Dugaan Cyla benar, tantenya meningalkannya bersama Bik Ijjah di Timezone untuk pergi ke Mamamia Resto bersama teman-temannya. Tanpa fikir panjang, dia mengajak Bik Ijjah pergi ke Panti Pelita Bunda.
“Pak Budi, sekarang bapak antar Cyla dan Bik Ijjah ke panti ya! Nanti kalau tante tanya Cyla dimana, jawab aja Cyla sudah sampai rumah. Kecapekan habis main di Timzone.” Tutur Cyla kepada supirnya. “Oh iya pak, habis nganter Cyla bapak mampir rumah ya! Tempelin kertas ini dipintu kamar Cyla.”Tambahnya.
“Tapi Non, gimana tan…”
“Ah udah yuk pak berangkat!”
***
Cyla senang sekali. Karena hari ini, kebetulan teman-temannya tidak mengamen. Dia bisa bermain sepuasnya bersama teman-temannya. Terutama dengan Kak Tita. Cyla dekat sekali dengan Kak Tita. Bu Susi (pemilik panti) juga bilang bahwa mereka seperti saudara kembar. Mata mereka mirip. Merek juga memiliki bulu mata yang lentik.
Setelah lelah bermain, Cyla pamit pulang. Dia takut kalau kesorean nati dimarahin tantenya. Tak lupa dia membagi “Birthday card” sebagai undangan pada acara ulang tahunnya.
Sesampainya dirumah, Cyla belum mendapati mobil tantenya. Kemudian dia beranjak ke kamar dan melepas tulisan “Jangan dibuka! Cyla baru bobo’”yang di tempel Pak Budi tadi.
“Cyla, cyla” panggil Tante Mira dengan teriakannya yang khas.
“Iya tante!”
“Oh, udah bangun rupanya”
“Apa itu kertas ditangan mu?”
“Oh, ini bukan apa-apa”sambil menyembunyikannya dibelakang punggung.
“Kalau bukan apa-apa, kenapa kamu sembunyiin.” “Harusnya tante boleh lihat donk!”
“Ini bukan apa-apa kok tante!”
“Cepat sini, kasihin tante sekarang atau kamu tante pukul!”
“Jangan tante! Ini ini Cyla kasih ke tante!”
“Tuhan, Cuma tulisan kayak gini kamu sembunyiin”
“Habisnya Cyla takut tante marah. Ini kan juga rumah tante, tapi Cyla malah mbuat tulisan kayak gitu biar tante nggak masuk kamar Cyla”
“Udah-udah, tante nggak bakalan marah kok! Sekarang Cyla mandi ya! Dah sore, nanti kalau kemalemen dingin airnya” dengan nada nge-soknya.
***
“Cyla, undangannya udah kamu sebarkan?” tanya tante resah karena belum satupun temanku datang.
“Udah kok tante! Tenang aja, pasti bentar lagi mereka datang”
Tiba-tiba…
Ting tong…
“Itu tante bell nya bunyi, Cyla yang buka pintunya ya Tan!”
“Iya sono, habis ini pestanya kita mulai”
Cyla pun membuka pintu dan mengajak teman-temannya ke Gazebo dekat kolam renang. Betapa terkejutnya Tante Mira saat teman-teman Cyla yang datang adalah anak panti.
“Cyla, kamu apa-apaan sih. Katanya kamu bakalan undang teman-teman kamu, tapi kok yang datang malah anak-anak dekil nggak tahu diri kayak gini sih?” Bingung tante dengan ucapan naik pitam.
“Iya emangkan Cyla ngundang teman-teman Cyla. Apa yang salah tante?” “Anak pantikan juga teman Cyla.”balas Cyla membela.
“Tapi maksud tante teman sek…”
Cyla tak lagi memperhatikan Tante Mira. Dia melanjutkan pestanya bersama teman-temannya. Dia juga tidak tahu kalau tantenya berhenti berbicara karena melihatnya meniup lilin bersama Tita.”
“Tita”ucap tante tiba-tiba.
“Tante Mira”balas Tita dengan nada bingung. “Oh, jadi inilah sebenarnya kehidupanku. Kenapa tante membuangku ke Panti? Padahal sebenarnya tante mampukan merawatku dan Cyla?” “Kenapa tante membuangku?” kata Tita yang membuat Cyla Bingung.
“Benar saja kata Bu Susi kalau kita mirip. Karena kita memang bersaudara.”tambah Tita.
“Apa yang sebenarnya terjadi tante? Kenapa tante nggak bernah bercerita sama Cyla?”tanya Cyla pada tantenya.
“Tante cu…”
Tiba-tiba Bell rumah berbunyi…
Ting Tong…
“Pak Abu? Andika?” Kaget Tante Mira melihat Pak Abu datang bersama Om Andika.
“Wah, Hai Tita, Hai Cyla!” Sapa Notaris papa dan Om Andika bersamaan.
“Apa maksud kedatangan kalian kemari?”tanya Tante Mira.
“Maksud kedatangan saya kemari, saya ingin memberitahukan bahwasannya hak asuh anak setelah Cyla berusia sepuluh tahun akan dipindahkan kepada Bapak Andika. Hal ini sesuai dengan wasiat yang ditinggalkan oleh almarhum Bapak Eko.” Terang Pak Abu.
“Apa? Tidak mungkin. Semua harta milik Eko itu menjadi milik saya!” rakus Tante Mira.
“Memang, namun seperti yang sudah saya jelaskan, saat Cyla berusia sepuluh tahun, harta itu akan dipindahkan kepada Bapak Andik.” Jelas bapak notaris”
“Tidak mungkin”kata Tante Mira tak percaya.
“Ayo Cyla, Tita, ajak teman teman kalian untuk pesta dirumah Om!”Ajak Om Andika
“Tapi Om, Cyla masih ingin di rumah ini.”Pinta Cyla
“Biar ini semua dibereskan oleh Pak Abu dulu. Baru setelah itu kita kembali lagi ke rumah ini.” Jelas Om Andika.
Akhirnya Cyla dan Tita tinggal bersama, bahagia selamanya…

Komentar